Ajaran yang pertama adalah agar kita memanfaatkan kesempatan dengan sebaik-baiknya, selagi kita masih hidup, sebelum kita mati. Hidup di dunia ini hanyalah sebentar saja, sesuai makna dunia, yang berarti dekat. Rasul Allah saw pernah mengibaratkan hidup di dunia ini laksana istirahat sebentar di bawah pohon yang rindang bagi seorang musafir yang sedang berjalan di terik panas matahari. Satu-satunya penyakit, - sekiranya mati itu bisa diumapamakan semacam penyakit-, yang tidak dapat diobati sampai sekarang, bahkan juga sampai zaman yang akan datang, adalah "penyakit" mati. Jantung, ginjal, hati dan lain-lain apabila rusak bisa diganti, tetapi nyawa apabila sudah hilang tidak bisa diganti. Ajal manusia terletak ditangan Allah. Tidak seorangpun, biarpun ahli, yang mengetahui kapan kematian itu datang merenggut seseorang. Sebab kematian seseorang itu termasuk perkara ghaib yang hanya diketahui oleh Allah sendiri. Ajal seseorang tidak bisa dipercepat atau diperlambat. Begitu pula tidak seorangpun yang dapat menghindarkan diri dari maut. Mengingat bahwa tidak ada kepastian kapan kematian itu datang merenggut jiwa seseorang, sedang kematian itu pasti datang, maka seharusnyalah kita selalu bersiap menghadapinya, dengan memperbanyak perbekalan yang akan kita bawa untuk kehidupan di akhirat kelak. Bekal yang kita bawa itu tidak berupa harta dan emas berlian, melainkan berupa iman, ibadah dan amal shalih. Selagi nyawa masih dikandung badan, hendaklah kita siapkan segala sesuatunya guna menghadapi mati.
Ajaran kedua adalah, agar kita memanfaatkan kesempatan yang ada selagi kita masih sehat, sebelum jatuh sakit. Dalam kehidupan ini, faktor kesehatan adalah penting sekali. Meskipun seseorang memiliki harta kekayaan yang melimpah ruah, kedudukan yang tinggi serta ilmu pengetahuan yang luas, tetapi bilamana badan sakit-sakitan, maka semuanya itu tidak dapat dimanfaatkan secara efektif. Dengan kesehatan yang ada, sesorang dapat bekerja dengan baik. Sebaliknya, dalam keadaan sakit, seseorang tidak berdaya. Oleh karena itulah, selagi badan masih sehat, hendaknya didayagunakan untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat, baik bagi dirinya, keluarganya maupun bagi masyarakat pada umumnya. Di samping itu mengingat pentingnya kesehatan itu, hendaknya kita juga selalu menjaganya dengan memelihara kebersihan, mengatur hidup tertib, makan makanan yang halalan thayyiban, berolahraga secara teratur dan sebagainya. Sebab menjaga kesehatan itu lebih mudah daripada mengobati penyakit.
Ajaran ketiga adalah, agar kita memanfaatkan kesempatan selagi kita dalam keadaan lapang, sebelum datangnya kesempitan. Hidup di dunia ini tidak selamanya melalui jalan yang datar. Tetapi acapkali juga melalui jalan yang mendaki dan menurun. Ada masa senang dan ada masa susah. Ada kalanya terbuka sebuah kesempatan, tetapi juga ada kalanya terbentur pada sebuah jalan buntu. Meskipun demikian, satu hal yang sudah jelas adalah bahwa tidak selamanya manusia itu berada dalam kesempitan atau kesulitan, melainkan acapkali juga terbuka kesempatan. Apabila datang kesempatan, hendaknya jangan disia-siakan, tangkaplah kesempatan itu untuk dimanfaatkan bagi hal-hal yang membawa kemaslahatan.
Ajaran berikutnya dari Rasul Allah saw seperti dikemukakan dalam sabdanya di muka adalah agar kita dapat mempergunakan masa muda kita dengan sebaik-baiknya, sebelum datang masa tua. Banyak di antara orang-orang tua menyesali untungnya, dengan keluhannya: 'Sekiranya di waktu muda dulu saya belajar dengan tekun, jika di waktu muda dulu saya berhemat, jika di waktu remaja dulu saya tidak menyia-nyiakan waktu, tentulah keadaan saya tidak seperti ini'. Penyesalan serupa itu tentulah tidak ada gunanya. Sebab sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak ada gunanya. Oleh karena itu, bagi yang masih dalam usia muda, hendaknya menyadari dan memanfaatkan masa mudanya untuk belajar dan mempersiapkan diri guna menyongsong datangnya masa tua. Tidak seperti sementara remaja muda kita, yang menghabiskan masa mudanya untuk bersenang-senang, memuaskan panggilan hawa nafsu. Remaja muda yang di masa mudanya menyia-nyiakan kesempatan yang dimilikinya, tentulah di hari tuanya kelak mereka akan menyesal.
Ajaran yang terakhir, hendaklah kita dapat memanfaatkan harta yang ada, selagi kita masih kaya, sebelum datangnya kemiskinan. Dilihat dari segi kaya atau miskin, kehidupan ini senantiasa mengalami pasang naik dan pasang surut. Kekayaan itu bisa datang dan bisa juga pergi. Seseorang yang tadinya kaya raya, karena berbagai sebab, bisa saja dalam waktu sekejap jatuh miskin. Oleh karena itu selagi harta masih ada di tangan, hendaknya dimanfaatkan untuk hal-hal yang bisa mendatangkan kemaslahatan, baik bagi diri sendiri, keluarga maupun masyarakat luas. Janganlah menghamburkan harta benda untuk hal-hal yang tidak mendatangkan maslahat, misalnya untuk berfoya-foya menurutkan panggilan hawa nafsu. Harta benda yang tidak dibelanjakan untuk hal-hal yang dibenarkan oleh Allah SwT tentulah merupakan tindakan yang sia-sia.
Ajaran atau nasehat Rasul Allah saw tersebut kelihatannya sederhana, namun mempunyai makna yang sangat dalam. Kalau kita dapat mengamalkannya, insya Allah kita termasuk sebagai orang-orang yang sukses, baik dalam kehidupan kita dunia ini maupun kelak di akhirat.
0 komentar:
Posting Komentar